Tawaf Kehidupan (antara Ketakutan dan Keinginan)
Label:
Renungan
Syahdan, manusia adalah makhluk terindah Tuhan yangdilengkapi dengan kelengkapan yang tidak makhluk lainnya miliki.
Hati, akal dan nafsu adalah elemen esensi dari kelengkapan tadi, sebagai penggerak manusia dalam bertawaf menjalani tugasnya di kefanaan ini.
Adalah tawaf, aksi melingkar, mengelilingi sumbu kehidupan, bertasbih dalam derain dzikir, wujud aksi dari pencapain harapan, hingga ber ma'rifah dengannya.
Energi kinetisnya menjadi teramat dahsyat seketika hati, akal dan nafsu bersinergi membuat irama tawaf begitu indah, ritmenya bagai niche nyayian alam yang sempurna.
Dan menjadi neraka fana ketika hati, akal dan nafsu tak lagi berada dalam fitrahnya, tipis antaranya namun besar konsekwensinya.
Dan adalah hati, elemen terlemah dari rangkaian ini, ia menjadi ringkih seketika kungkungan logika berkutat dalam ketakutan dan keinginan, yang menjajah setiap ruang kapiler akal, output yang menyakitkan bathin bahkan bernilai biasa seketika paradoksal aksi berwujud dengan sombongnya memberi luka definisi tawaf tadi, hati menjadi lemah bahan memudar dalam hitungan helaan nafas tatkala euphoric stimulus terolah menjadi bad euphoric stimulus (Ganzel, 2004)dalam kejumudan, kesemrawutan akal, Gozlun Fikr (Hasby, 1999).
Ya ia, adalah elemen terlemah dalam rangkaian ini.
Lalu nafsu, emosi, energi mosi (gerakan) yang seharusnya menjadi penyaring terakhir menjadi sangat apatis ketika asupan mentah dan ringkih hasil olahan rasa (hati)dan logika (akal)mengisi kinetisme elemen ini, dan tak mungkin disangkal oleh apapun wujud yang terlihat pasti tak nampak indah, tawaf itu tak lagi indah, tak beraturan. Lebih buruk, merusak keseimbangan tawaf makhluk lainnya.
Sobat Tawaf adalah keniscayaan kita dalam kefanaan ini, ia menjadi jalur rutin yang dinamis, dihiasi oleh berbagai noktah-noktah ketakutan dan keinginan yang iramanya semakin indah ketika sentrifugalnya menarik setiap kita larut dalam irama tasbih kita, dzikir kita. Tawaf terindah adalah tawaf kita yang begitu bernilai memberi keseimbangan pada tawaf makhluk lainnya, pada tawaf-tawaf makro lainnya.
...... jangan takut untuk bertawaf, biarkan setiap kerikil jalurnya membuat luka, memberi guratan sebagai tanda bahwa kita memiliki keinginan dan harapan atas apa yang kita nilai layak untuk berma'rifah atasnya.......
...... kuatkan keinginanmu untuk terus bertawaf, biarkan setiap sembilu jalannya memberikan tanda bahwa ketakutan itu ada dan kita tidak sedang berada di dalamnya.....
Hingga lingkaran tawaf itu mengecil, menuju pusat sumbunya dengan kebanggaan kita mengahadapNya
*untuk semua pendamping tawafku, terima kasih telah membuat tawafku begitu indah*
16 Maret 2010 pukul 10.59
waaah... Semar sudah kembali rupanya.... :)
great to see this post...
16 Maret 2010 pukul 13.06
@adama : saya tidak kemana2 sobat.... :) makasih sudah mau mampir ya....
16 Maret 2010 pukul 19.29
baca2 disini dulu ah
17 Maret 2010 pukul 02.14
ada award buat Semar
17 Maret 2010 pukul 05.12
Salam kenal sob...
18 Maret 2010 pukul 15.21
Mampir menyapa disaat rindu membuncah...
Selamat sore sobat.
15 Mei 2010 pukul 22.17
kerinduan menuntun langkahku menuju ke rumahmu, tuk segarkan dahaga akan indahnya sillaturrahim.
Semoga kesehatan, keselamatan, dan keberkahan selalu berlimpah untuk mu wahai saudaraku
19 Desember 2010 pukul 14.36
betul jg... saling menjaga aja
17 Maret 2011 pukul 06.32
Izin baca2 gan,,,, Salam kenal,,,
12 Oktober 2011 pukul 18.12
dalam banget pembahasannya, kayak sufi aja..
14 Mei 2013 pukul 14.29
tawaf kehidupan. dari judulnya aku udah suka ^^
Internet Marketing
9 Juni 2015 pukul 15.40
Berita Sepak bola
cerita dewasa
lotere indonesia
nonton bokep
Nonton Movie Online
Film Bioskop Terbaru
Posting Komentar
Berkata-kata lah dengan bijak dan membuat arti, jangan takut untuk berdebat. Lebih sempurna jika menggunakan Nama dan URL sobat