KEKERASAN DALAM PENDIDIKAN vs TUT WURI HANDAYANI
Label:
Celoteh Indonesia
Tut Wuri Handayani = Dari Belakang Memberi Tauladan...
Mungkin slogan ini sudah kita dengar dan hapal sejak kita masih SD, maknanya mungkin bisa jadi juga kita paham sedari dulu. Tapi, aplikasinya yang mungkin kita sendiri dibingungkan. Masih ingat dahulu ketika saya masih SD, berebut cium tangan terhadap guru adalah satu hal yang lumrah setiap pagi sebelum masuk kelas, atau ajakan mengumpulkan uang guna patungan membeli buah tangan menengok teman kita yang sakit di SMP adalah tugas saya sebagai KM waktu di SMP, sekarang.... mungkin bisa dihitung sekolah yang masih punya budaya seperti ini... hmmmm.
Dan .........., belakangan ini kita selalu disuguhkan berita tentang kekerasan di dunia pendidikan mulai dari tingkat SD bahkan sampai ke Perguruan Tinggi. Hal-hal yang tidak prinsip menjadi pemicu dan kurangnya pengendalian diri dari seluruh komponen pendidikan mampu meletupkan emosi, ini menjadi sebuah tanda tanya besar.... ada apa dengan dunia pendidikan kita ? apakah pendidikan kita mengkhususkan diri hanya mendidik “otak kanan” anak bangsa ini atau memang dunia sudah berubah sehingga pattern pendidikan yang belum cocok di aplikasikan di negeri ini prematur dipaksakan berkembang...?
Memang......, satu sisi kita harus melihat dengan arif, apakah fenomena pendidikan “dulu” yang ideal dikarenakan masih sedikitnya distrubing external factor atau memang ini sebuah resiko dari kebijakan pendidikan kita yang memang masih sedang terus membentuk dirinya...?
Hmmmm.... entahlah......
Yang jelas ini tidak boleh berlanjut, pendidik dan yang di didik adalah simbiosa... keduanya bisa saling mempengaruhi, tinggal apa yang akan di pengaruhkan....
Semoga “Tut Wuri Handayani” bukan hanya slogan dan jargon....
Maju Indonesiaku...
28 Februari 2009 pukul 16.12
'Pendidik dan yang di didik adalah simbiosa' namun perlu diketahui bahwa Lingkungan adalah faktor yang paling berpengaruh dalam memicu fenomena kekerasan yang akhir-akhir ini lagi melanda lingkungan pendidikan.
6 Maret 2009 pukul 11.50
ayo kita dukung pendidikan yang lebih baik!
:D
salam kenal
7 Maret 2009 pukul 11.04
Fenomena kekerasan dalam pendidikan memang sangat tidak manusiawi, dan susah dihapus...yang mungkin bisa lakukan adalah meminimize..dilingkungan keluarga dulu dan..lingkungan sekitar..dimana kita berinteraksi...Walaupun di buat UU tdk akan menyelesaikan..bila nggak ada kesadaran kita semua.
8 Maret 2009 pukul 06.08
waduh ngak bisa kommentnih saya mati gaya mas
17 Maret 2009 pukul 07.33
smile 4 you.. nice article :) http://marketvaluer.blogspot.com/
17 Maret 2009 pukul 08.55
bagus blogku
kayanya dah pengalaman blogging yabelajar dimana?
17 Maret 2009 pukul 22.18
Betul boss. Pendidik seharusnya mengajarkan hal-hal yang baik, bukan kekerasan..
27 Maret 2009 pukul 07.53
Hikmah yang bisa dipetik oleh orang tua atau pendidik atas kecenderungan perilaku kekerasan para siswa, pihak sekolah senyatanya memegang kendali untuk mengarahkan mereka pada berbagai kegiatan yang positif. Sekolah hendaknya memberikan bimbingan rutin sekaligus pengawasan terus-menerus terhadap segala aktivitas yang dilakukan geng sekolahnya.
Selain sekolah, orangtua juga tetap bertanggung jawab agar selalu memotivasi anak-anaknya untuk membentuk atau bergabung dengan geng yang mencerminkan perilaku positif. Maka para orangtua senyatanya proaktif sebagai partner dan mengarahkan anak-anak mereka dalam aneka pergaulan sosial.
Geng sekolah sesungguhnya bisa menjadi ajang curhat, diskusi, atau belajar mencari solusi atas permasalahan anggotanya sehingga masing-masing mengenal karakternya sendiri maupun orang lain. Geng yang demikian otomatis akan menjadi produktif serta justru meningkatkan prestasi belajar mereka.
27 Maret 2009 pukul 09.50
mantav.. bang Seti@awan punya pandangan yang jernih dan komprehensif... terima kasih pencerahannya bang... :)
4 April 2009 pukul 11.12
Kita semua harus bijaksana melihat dan menimbang satu masalah,jangan lantas kita menyalahkan satu pihak saja,memang dalam hal apapun di butuhkan satu pengorbanan,saya pikir mendidik juga di perlukan sedikit kekerasan dalam artian dan batasan yang wajar,dan harap kita ingat juga bahwa guru itu juga manusia,ok,salam
4 April 2009 pukul 11.18
Kekerasan dalam pendidikan satu bumbu yang di perlukan agar semua lebih baik,kita harus tau bahwa sesorang tak mungkin melakukan itu kalau tanpa sebab,dan kalau kita cermati lebih dalam ada maksud mulia dibalik itu,agar anak didik kita bisa bersopansantun dan tau tata krama,dengan keadaan sekarang anak didik belum apa-apa sudah merasa lebih dari segalanya,salam
6 April 2009 pukul 14.06
Artikel yg sangat bagus..!
6 April 2009 pukul 16.14
kalo zaman dulu semboyan tut wuri handayani masih layak untuk dipakai, tapi kalo sekarang kayanya sudah luntur dan makna sebenarnya sudah hampir hilang.
6 April 2009 pukul 16.51
@ semua : jika tidak ada gebrakan dalam kurikulum pendidikan di semua tingkat, dunia pendidikan kita tidak akan berhasil ==> demikian kata seorang caleg ketika berkampanye :)
7 April 2009 pukul 16.17
mmg benar bhwa "Pendidik dan yang di didik adalah simbiosa"
tp ya itu, semuanya harus saling bekerja sama
1 Februari 2013 pukul 14.45
I read the articles you are sharing nice articles on the site thanks to the author of the site you are providing nice information to the other persons. Thanks.
Media buying houses | Media buying houses in Pakistan
1 Maret 2013 pukul 12.55
It will be very constructive in regular part of life. I hooked up with your precious work here it’s driving me crazy. I am hoping the same best work from you in the future as well.
Posting Komentar
Berkata-kata lah dengan bijak dan membuat arti, jangan takut untuk berdebat. Lebih sempurna jika menggunakan Nama dan URL sobat