Dua hari kemarin Semar mampir ke salah satu Kutha Budhaya di Jawa Tengah, ya betul Kota Solo, sudah lama tidak singah di sini. Kota ini pernah jadi primadona Semar untuk dikunjungi beberapa tahun lalu. Kota ini unik dan yang paling menarik adalah nuansa kultur Njawi masih kental meskipun hutan beton Mall sudah muncul dimana-mana.
Seketika berjalan di Jalan Slamet Riyadi, rindu juga melihat Kereta api yang tanpa jalur khusus meraung-raungkan pluitnya sekedar minta perhatian pengguna jalan lainnya, ini unik karena rel dengan jalan bersatu tanpa ada pembatas dan hebatnya minim kecelakaan........!!!! Akhirnya jadi ingat dengan bangsa ini, banyak jenis kendaraan (politik), berbeda visi, beda cita-cita, beda plaform, semoga minim kecelakaan juga seperti sang kereta api di jalan Slamet Riyadi Solo ini.
Di sela tugas entah mengapa seorang kawan membawa Semar berkunjung ke sebuah komplek pemakaman (Keluarga) mantan penguasa Negeri ini, Astana Giri Bangun berada di sebuah bukit di tengah hamparan sawah, penduduk sekitar sudah tampak mapan dari sisi ekonomi, entah mengapa sepertinya roda ekonomi di sini berjalan lebih cepat.
Hmmmm... menarik..... suasana sang empunya astana sudah tampak bahkan ketika masih jauh di area parkir... semakin kental ketika kita meminta izin (mendaftar), pertanyaan yang muncul pertama dari punggawa (penjaga) astana adalah “apakah ada kaitan dengan keluarga almarhum?”.. seadanya kami jelaskan tidak.. kami sekedar ingin berziarah tanpa pretensi apa-apa...asli... suer....
Undakan tangga menuntun kami ke sebuah ruangan yang bernuansa gelap... mungkin ingin menggambarkan bahwa kerabat masih sangat berduka dengan kehilangan sang penghuni astana... ornamen jawa semakin jelas terlihat..... punggawa astana membacakan kami beberapa peraturan yang harus kami patuhi selama berada di area pusara.... wah... hebat... salut... bukan hanya ornamen bangunan yang mengembarakan kita ke masa lalu bangsa ini... tapi dalem astana pun masih mengemban beberapa warisan nya.
Setiba di pusara.. segera kuhilangkan gambaran raut semrawut bangsa ini dulu... fokus ke rasa penasaran dan ingin tahu.. lalu .... hmmmm.. Pahlawan ini masih tampak gagah.
Jadi jauh menerawang ketika kami beristirat sejenak sambil lesehan di teras luar pusara : Kata pahlawan ingin ku definisikan ah.... itu hanya sebuah sematan penghargaan yang mestinya tanpa kriteria, ini muncul mestinya alamiah tanpa dipaksakan, harus nyata hasil kerjanya dan semua kita merasakan apa yang mereka ikhtiari..... itu PAHLAWAN, ujarku. Kawanku kembali meneguk minuman dinginnya dan dengan suara yang masih tertahan air ia berkata “kalau begitu Pahlawan adalah kata sandang, jadi ia bisa disematkan tidak hanya kepada orang yang sudah meninggal, bisa juga ke yang masih hidup dong ?”. Tentu.... aku mengeraskan suaraku, mestinya para Pemimpin Bangsa dan para Calon Pemimpin Bangsa ini harus sudah punya niat dan tekad menjadi pahlawan di hidup dan mati mereka, semakin meninggi suaraku. “Sssst.... jangan keras-keras, nanti punggawa astana negur kita lagi, kita kan lagi di sini” sambil hampir membekam mulutku sang kawan mengingatkan. Aku malah jadi aneh dan ingin tertawa.. lho..... beliau ga jadi Pemimpin atau CALEG lagi kan, terus kenapa mesti takut Berkata Bebas....?
Hehehe.... dengan terburu-buru kami melangkah pulang, bukan takut sang punggawa datang.. tapi memang hari semakin mendung.
17 April 2009 pukul 13.11
Ada potongan posting Semar yang perlu menjadi perhatian untuk kita semua ;"mestinya para Pemimpin Bangsa dan para Calon Pemimpin Bangsa ini harus sudah punya niat dan tekad menjadi pahlawan di hidup dan mati mereka", sepantasnya Semar jadi Caleg.
17 April 2009 pukul 13.47
@ abang : waduh bang... jangan dulu deh.... ngurus ikan-ikan aja belum bener apalagi ngurus orang banyak hahahaha....
17 April 2009 pukul 15.13
Asik nih yg jalan-jalan ke Solo, Oleh-olehnya mana????
17 April 2009 pukul 15.51
asyik nih jalan-jalanya..itu gambar keraton solo yaa?
17 April 2009 pukul 15.58
asyk nih jalan2 ke Solo ya.
17 April 2009 pukul 16.26
seru kayaknya...
jadi pengen kesana, belum pernah soalnya hehe..
17 April 2009 pukul 16.46
wadoh kebalik kang,klo di jkt mah kereta apinya dah di bates aja masih rawan kecelakaan,,
itu sebabnya kali para 'pemimpin ibukota' msh 'rawan kecelakaan' kang semar..
huhuuhu.. nasib nasib.. ^_^'
17 April 2009 pukul 16.47
hohoho...asik tuh..jalan2nya ke Solo, kapan2 posting tentang Jogja juga sob, kan deketan tuh...gw kangen nih ma Jogja..hehe...
Thanks.
17 April 2009 pukul 17.54
hiks...
jadi pingin liburan lagi neh (ngarep mode on)
17 April 2009 pukul 20.20
setuju bang semar...kira2 caleg dan pemimpin kita ada pahlawannya nggak ya
17 April 2009 pukul 22.02
ayo dukung kang semar jadi caleg...(ikutan jd komfor nih...)
dukung Blok c No.3, ditunggu postingan yogya.
hihi...
makasih sharingnya.
17 April 2009 pukul 22.12
18 April 2009 pukul 08.37
hih pengen deh jalan jalan ke sana...
18 April 2009 pukul 09.02
WAH MAS SEMAR CURANG NEH PEGI JALAN-JALAN NGGAK NGAJAK2,TAPI PERJALANAN SERU YANG PENUH RENUNGAN YANG BISA KITA JADIKAN REFRENSI KEHIDUPAN KITA BAIK SEBAGAI PRIBADI DAN BANGSA,SALAM
18 April 2009 pukul 09.05
KOTA SOLO MEMANG KOTA UNIK DENGAN SEJUTA NUANSA BUDAYA DAN KULTUR,KITA PATUT BANGGA PUNYA KOTA YANG SANGAT BERCIRI KHAS SEPERTU SOLO,WALAU SAYA SEIMUR HIDUP BELUM PERNAH KESANA,SAYA YAKIN SUASANANYA PASTI NYAMAN DAN MENYENANGKAN,SALAM
18 April 2009 pukul 09.26
PAHLAWAN MEMANG BANYAK MAKNANYA,BISA DI BERIKAN PADA SETIAP ORANG YANG PUNYA DEDIKASI TINGGI PADA SATU HAL YANG SANGAT BERGUNA DAN BERMANFAAT BUAT SEMUA ORANG,TANPA HARUS PLESETKAN DENGAN MAKNA LAINNYA ,SALAM
18 April 2009 pukul 09.32
SoloooooooooooooooooooooooooOOOOOOOOOoooooooooooo....
besok hari minggu mau kesana jenguk tmen asiknyaaaaaaaa.......
hahahahaha...
pahlawan tanpa tanda jasa itu GURU... *gag nyambung*
18 April 2009 pukul 10.00
JANGAN LUPA BUAT SEMUA SAHABAT IBU KITA JUGA PAHLAWAN YANG DALAM ARTIAN SEBENARNYA,KITA JANGAN LUPAKAN ITU,PENGORBANAN DAN SEGALA JERIH PAYAHNYA RELA KORBANKAN APAPUN UNTUK ANAKNYA,SALAM
18 April 2009 pukul 12.59
naik kereta api tut...tut...tut siapa tadi kentut supaya kebelakang kalo gak kami bisa semaput
18 April 2009 pukul 14.44
wah jadi kangen sama solo, sudah lama aku tidak ke sana ...
18 April 2009 pukul 15.20
makasih mas :D
18 April 2009 pukul 20.20
wong solo tow, solomu ngendi bos
18 April 2009 pukul 22.03
Wah, Solo juga terkenal dengan ce nya yang cantik2 yach :D
Regards,
Ghustie Samosir
www.hanyainfo.blogspot.com
19 April 2009 pukul 13.45
ya, benar itu.
Tapi kalau almarhum baru disematkan untuk yang sudah meninggal.
19 April 2009 pukul 20.39
wah kapan ya aku ke sana
20 April 2009 pukul 00.44
seru ya ke oslo... duh dah lama gak kesana... hehe
22 April 2009 pukul 17.24
artikel dan cerita yang bagus...
jadi kangen dg kota solo lg
23 April 2009 pukul 13.54
wong solo juga toh???
wahhh,jadi kangen solo..
huhuuhu...
3 Mei 2009 pukul 06.39
Om semar mah suka banget ama politik yah....politik rakyat...kayak bang iwan fals nih. Ya udah ane sebut bang iwan fals nya blogger
3 Mei 2009 pukul 12.41
bagus nya cerita itu !
15 Mei 2009 pukul 21.47
selain solo juga kota lain seperti semarang dan bali sangat unik masih banyak bangunan kuno. Existensi-nya tergantung dari masyarakat dan pemerintah setempat. Akan tetapi yang tidak bisa dihindari globalisasi hingga terjadi pergeseran budaya. Sampai berapa lama bisa bertahan ??
8 Januari 2013 pukul 08.17
keren nie ceritanya..salam kenal
Posting Komentar
Berkata-kata lah dengan bijak dan membuat arti, jangan takut untuk berdebat. Lebih sempurna jika menggunakan Nama dan URL sobat